Pengendali Jarak Jauh Menggunakan Jaringan Listrik
Perkembangan teknologi saat ini banyak memberikan kemudahan kepada kita untuk melakukan berbagai aktivitas mulai dari hal-hal yang mudah sampai yang rumit sekalipun. Hal ini nampak pada kecenderungan penggunakan ‘remote’ pada televisi. Remote televisi pada tahun 90-an hanya digunakan pada televisi yang berukuran besar saja dan saat ini hampir semua televisi 14 inch saja menggunakan remote.
Hal ini jelas menunjukkan bahwa saat ini terdapat kecenderungan untuk melakukan berbagai aktivitas pengontrollan jarak jauh dan hal ini akan semakin populer pada berbagai aplikasi konsumen.
Pengontrollan jarak jauh , saat ini, yang populer digunakan adalah remote control dengan menggunakan infra merah, seperti pada remote control pada televisi. Infra merah cukup efektif digunakan jika alat yang dikontrol terdapat pada lokasi yang sama dan tidak terlalu jauh (kurang lebih 10 meter dan tidak ada penghalang).
Infra merah tidak dapat digunakan lagi jika perlatan yang ingin dikontrol ternyata berada dibalik dinding beton. Bagaiman meyiasati hal ini? Dengan menggunakan kabel misalnya. Solusi ini cukup efektif tetapi dari segi biaya tidaklah menguntungkan. Jika terdapat sepuluh peralatan yang akan dikontrol dan semuanya terletak di dalam ruangan yang berbeda-beda maka jumlah panjang kabel yang digunakan akan semakin banyak lagi. Hal ini jelas tidak menguntungkan. Terlalu banyak biaya yang terbuang untuk kabel saja.
Untuk itu diupayakan untuk membuat rangkaian yan mampu melakukan pengendalian jarak jauh tanpa menggunakan kabel tambahan tetapi dengan menggunakan kabel listrik/ jala-jala listrik PLN.
Pembuatan rangkaian ini sebetulnya cukup sederhana namun diperlukan perhatian ekstra karena disini tegangan PLN 220 volt cukup untuk membuat seseorang meninggal dunia.
Jika diasumsikan disemua ruangan terdapat aliran listrik, maka disemua ruangan tersebut dapat dilakukan pengontrollan pada berbagai perlatan yang diinginkan seperti menyalakan/mematikan televisi, lampu taman, atau membuka/menutup pintu garasi
Rangkaian Pemancar
Rangkaian pemancar pada alat ini sebenarnya sangat sederhana, yaitu hanya membangkitkan sinyal 36KHz dan menumpangkan sinyal 36 KHz ini di atas tegangan listrik 220 volt. Pada bagian pemancar ini tidak membutuhkan banyak suplai sehingga tidaklah perlu dibuat power suplai sendiri sehingga power suplainya dibuat tanpa transformator penurun tegangan.
Rangakaian pemancar ini terdiri dari 3 blok utama, yaitu :
· Control, berupa tombol untuk mengontrol dikirm atau tidak sinyal 36KHz-nya.
· Oscilator, yang membangkitkan sinyal 36KHz pada level tegangan tertentu terdiri dari sebuah OpAmp.
· Power suplai tanpa transformator, yang menghasilkan tegangan suplai DC 20 volt.
Blok Power Suplai Pemancar
Pada bagian power suplai ini dibentuk dari fullwave rectifier dengan 2 dioda D1 dan D2. Output dari bagian ini masih belum rata dan perlu di filter. Untuk filter dapat digunakan sebuah kapasitor 220uF, nilai kapasitor yang lebih besar lebih baik karena ripple akan semakin kecil.
Dioda yang digunakan adalah 1N4007 karena dioda ini mampu menahan tegangan balik sebesar (tipikal) 1000 volt. Jika menggunakan transformator penurun tegangan ke 20 volt maka cukup digunakan dioda 1N4001 atau 1N4002 saja.
Untuk menentukan tegangan output menjadi 20 volt dapat digunakan dioda zener 20 volt. Jika tidak terdapat dioda zener 20 volt dapat digunakan doida zener 10 volt 2 buah yang diserikan.
Blok Oscilator dan OpAmp
Pada blok ini dibangkitkan sinyal 36KHz dan menguatkan sinyal ini sampai kira-kira 10 mVpp. Osilator dibentuk dari rangkaian opamp dengan rangkaian resistor dan kapasitor.
Untuk mengontrol kapan sinyal 36KHz ditumpangkan ke jala-jala PLN digunakan tombol SW1. Pada saat tombol SW1 ditekan maka sinyal 36KHz akan ditumpangkan ke jala-jala PLN dan pada saat tombol SW1 dilepas maka sinyal 36KHz tidak ditumpangkan pada jala-jala PLN.
Bagian Penerima
Pada bagain penerima, pada power suplainya menggunakan transformator penurun tegangan karena pada rangkaian penerima membutuhkan suplai yang besar. Hal ini disebabkan oleh karena pada rangkaian penerima ini terdapat sebuah relay. Sebuah relay paling tidak membutuhkan arus 30mA dan arus sebesar ini tidak mungkin didapatkan dari sebuah power suplai tanpa transformator penurun tegangan.
Blok Filter
Gambar 4
Gambar 5
Rangkaian Filter Pada 36KHz
Output dari rangkaian ini diumpankan pada sebuah opamp untuk menguatkan sinyal 36KHz tersebut dan output dari opamp diumpankan pada sebuah transistor untuk menggerakan relay. Potensio R10 digunakan untuk menentukan toleransi dari frekuensi sinyal 36KHz.
Blok Power Suplai Penerima
Blok Control dan Relay
Pada bagian ini output sinyal dari opamp merupakan sinyal 36KHz yang sudah dikuatkan dan amplitudo tegangannya maksimal adalah 8Vpp. Besarnya sinyal ini tergantung dari besarnya gain pada opamp dan besarnya sinyal input 36KHz.
Karena sinyal 36KHz akan digunakan untu mengontrol relay maka komponen frekuensi tingginya dibuanan dengan menggunakan filter RC orde satu.
Output dari filter tersebut sudah berupa tegangan DC yang sudah rata dan dapat langsung mengontrol sebuah relay melalui sebuah transistor switching.
Oleh Susanto W.K
4 comments:
sip banget nih. saya bukannya males mikir nih om, tapi cuman bisa berangan2 aja... bisa ga ya misalnya dengan mengatur frekuensinya kita bisa mengirimkan data melalui kabel PLN? ya biar wattmeternya bisa dibaca langsung dari pusat. atau ada keterbatasan singal frekuensi rendah tegangan PLN? lalu stabilitasnya juga mesti dianalisis ya om?
email:rahmadfbudiman@sanmina-sci.com
mas tolong kirimkan referensi buku tentang merubah frekuensi pln dengan berbasis elektronika
low frek pada jala2 listrik pln ditinggikan terlalu besar, apakah tidak akan menimbulkan loncatan listrik?
salam kenal, apakah rangkaian pengendali menggunakan listrik PLN ini sudah pernah dirakit dan di uji coba?... maaf sebelumnya saya pernah mengangkat ini menjadi proyek penelitian saya waktu kuliah dulu. terima kasih atas jawabannya, bisa komunikasi via email : agushariaji@yahoo.com
Post a Comment